“…gerakan umat Islam melalui berbagai media –salah satunya internet– telah mengubah wajah Islam di seluruh dunia.” -John L. Esposito
MUNGKIN tidak berlebihan jika penulis sebut internet sebagai kuda tunggangan masyarakat jejaring (network society).
Sebuah masyarakat yang mengandalkan jejaring informasi sebagai landasan
komunikasinya. Dan kini, hampir di setiap tingkat kehidupan, manusia
“menggantungkan” dirinya pada teknologi buatan Dephan AS –yang semula
bernama APRANET (Advanced Research Project Agency Network) ini.
Melalui internet komunikasi antar individu
di seluruh penjuru dunia kian mudah terjalin. Jarak tak lagi menjadi
hambatan dalam berkomunikasi. Tak ayal, pengguna internet pun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Tercatat, hasil riset Internet World Stats
pada Januari 2012 membuktikan pengguna internet di seluruh dunia telah
mencapai angka 1.669 juta pengguna dengan rincian: Asia 922 juta (44%);
Eropa 476 juta (23%); dan Amerika Utara 271 juta (13%). Satu indikator
logis bahwa internet telah menjadi kebutuhan primer masyarakat global.
Terlepas dari permasalahan mal function internet oleh oknum untuk melancarkan kejahatan cyber.
Komunitas cyber
Di dunia maya, neter saling mengaitkan diri satu sama lain secara masal dalam bingkai komunitas virtual (virtual community).
Sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Howard Rheingold untuk
menjelaskan bagaimana teknologi online membangun dan memfasilitasi
penciptaan komunitas yang terikat secara virtual (Fakhruroji, 2011: 137). Bermodal koneksi ke internet, komunikasi lintas benua dapat dilakukan. Tanpa menuntut adanya proses face to face langsung.
Beragam kepentingan ada di sini. Dari sekedar bercakap-cakap (chating)
di media sosial: Facebook dan Twitter, atau mencari informasi tentang
hobi, hingga mendulang penghasilan lewat usaha online. Gerakan dakwah
(menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beragama) di jejaring
online pun tak lepas dari pemberitaan. Arusnya kian deras bak gelombang
Tsunami yang menghantam Aceh 10 tahun silam. Esensinya, neter
saling berbagi hikmah dan pengalaman spiritual keagamaan; saling
memberikan nasihat positif yang mampu menggiring ke perilaku qur’ani;
serta menyambungkan tali silaturahmi diantara sesama muslim. Hingga,
terciptalah sebuah komunitas virtual bernafaskan keagamaan yang sejalan
dengan tesis Esposito di atas.
Kecepatan serta ketepatan arus informasi
menghendaki terciptanya sebuah gerakan besar. Gerakan yang mampu
mengubah wajah muram dunia masa kini. MTAF atau Majelis Ta’lim
Al-Fisbukiyah (beralamat di https://www.facebook.com/groups/mt.alfisbukiyah/) adalah sebuah prototype
gerakan dakwah online (grup facebook) yang berhasil menghimpun
komunitas virtual bernafaskan keagamaan (Islam) secara global. Gagasan
pembuatan grup ta’lim online ini berasal dari ide cemerlang
Drs. Moeflich Hasbullah, MA. Seorang dosen UIN Sunan Gunung Djati
Bandung yang juga lulusan ANU (Australian National University)
Canbera, Australia. Yang dibantu oleh Dicky Zulkarnaen, salah seorang
member MTAF yang juga perintis Pembangunan Sekolah Tinggi Ilmu Pesantren
Indonesia (STIPI) di wilayah Purwakrta Jawa barat, serta tersebar di
Sumedang, Garut dan Cirebon serta Kabupaten Indramayu.
Sesuai dengan misinya, grup yang dibentuk
pada tanggal 20 Mei 2011 silam ini merupakan forum pengajian online yang
bertujuan untuk saling menasehati dalam hal kebaikan, berbagi ilmu
keagamaan dan umum, memperkuat kesadaran agama dan meningkatkan
kesadaran hidup sebagai seorang muslim melalui dunia maya. Sebelum
menjadi MTAF, grup ini bernama Tarekat Fisbukiyah. Karena satu dan lain
hal, nama grup kemudian diganti menjadi MTAF (Majelis Ta’lim Al-Fisbukiyah).
Pada umumnya kegiatan dakwah memiliki syarat-syarat, media penunjang,
tata cara serta etika. Dan grup ini menyandang syarat-syarat tersebut.
Sebagai jaringan dakwah online (e-dakwah),
saat ini MTAF telah memiliki 4.000 member yang berasal dari berbagai
tempat di Indonesia dan mancanegara. Juga berasal dari semua kalangan.
Tak hanya ustadz/kiayi dan intelektual muslim/sarjana muslim yang
berbicara, (maaf) kaum awam agama pun dapat berbicara bertukar pikiran
seputar isu-isu keagamaan dan ilmu pengetahuan umum.
Dari pantauan penulis, jumlah member selalu
mengalami peningkatan. Mungkin karena dirasa bermanfaat bagi ruhani.
Postingan di grup ini berisi suplemen-suplemen mencerahkan seperti
hadits-hadits Nabi Saw, kutipan kalam ilahi, cerita hikmah para sahabat
Nabi Saw, refleksi kehidupan mukmin sejati, hingga perbincangan hangat
seputar kondisi umat (Islam) kontemporer yang dibingkai secara
analitis-prediktif. Sebagaimana tertera di laman MTAF, “Mari
menghidupkan forum ini dengan santun, bijak, rendah hati dan bertanggung
jawab dalam rangka berdakwah untuk menemukan dan menyampaikan
kebenaran. Semua golongan Islam diakomodasi di sini selama tidak saling
melakukan penghujatan pada kelompok lain. Kebenaran mutlak hanya milik
Tuhan Rabbul ‘Alamin.”
Dicky Zulkarnaen, salah seorang admin (baca: pengelola) MTAF –yang penulis wawancarai lewat ruang chat
Facebook– menyatakan, “MTAF hadir ditengah kegersangan moral bangsa,
kemiskinan akal sehat masyarakat, dan ketidak pastian tujuan hidup. Ada
danau pengetahuan yang berupaya mencari cahaya illahi dalam menimba ilmu
untuk memanfaatkan segala nikmat yang dilimpahkan Tuhan YME. MTAF
mewakili beberapa pandangan/pemikiran teman-teman muslim untuk
mensosialisasikan kandungan QS. Al-Ashr (surat ke-103 dalam Al-Qur’an):
terciptanya generasi muslim yang konsisten menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, serta tetap teguh dalam kesabaran.”
Dari sekian banyak anggota grup yang penulis
tanyai, nyatanya MTAF memang sangat dibutuhkan oleh umat. Tak sekedar
sebagai media untuk beramar ma’ruf nahi munkar, tetapi juga ada proses transfer ilmu keagamaan yang konsultatif. Neter menjadi lebih terkontrol ketika surving di cyberspace. Penyalahgunaan facebook untuk kejahatan pun dapat diminimalisir. “Ada sharing
ilmu antara saya dan yang lainnya. Ini menambah pengetahuan saya dalam
bidang agama,” tegas Muhamad Abas, salah seorang anggota MTAF yang juga
alumni UIN SGD Bandung kepada penulis.
Pesan untuk bangsa
Di tengah kondisi bangsa yang sedang kacau
karena bobroknya manajerial sistem pemerintahan, serta semakin tidak
sensitifnya nurani pemerintah terhadap kondisi rakyat, MTAF diharapkan
mampu menghadirkan oase kesejukan; memberikan kekuatan berfikir bagi
umat agar dapat memahami makna kehidupan sejati; serta, senantiasa
berpegang teguh pada nilai-nilai ketauhidan di atas membludaknya program pemurtadan berskala nasional.
Pesan keagamaan yang disampaikan di wall grup, dapat memberikan direct impact bagi pembaca. Setidaknya harus ada secuil
niat dalam hati yang paling dalam ketika membaca status-status berisi
nasihat dan ilmu pengetahuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
Swt dengan jalan tolabul ‘ilmi –salah satunya di MTAF.
Oleh karenanya, sampaikanlah walau satu ayat. Walau hanya di wall
facebook. Walaupun hanya sedikit yang akan membaca dan terpengaruh oleh
virus-virus kebaikan yang kita sampaikan. Karena sedikit dan sekecil
apa pun pesan moral yang kita sampaikan kepada umat manusia, jika
dibarengi oleh niat lillahi ta’ala untuk dakwah, Insya Allah
akan ada jalan kemudahan tak terduga untuk kita. Kita akan dilindungi
oleh Allah Swt hingga mencapai surgaNya kelak. Terakhir, mari kita
cermati sebuah hadits dari Nabi Saw, “Orang yang alim dan orang yang
belajar (ilmu agama) keduanya memperoleh kebaikan, sedangkan orang
selainnya tiada kebaikan pada diri mereka.” (HR. Thabrani melalui
Abu Darda ra.) Mudah-mudahan dengan dakwah kita di mana pun itu, akan
menjadikan kita sebagai bagian dari keduanya. Aamiin.■ [Dian Kurnia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar